Beberapa pekan lalu saya mengikuti sambutan dari Prof.Men Yassierli dalam penutupan Munas VI JSIT Indonesia di Makassar via chanel Youtube JSIT Indonesia. Dalam paparan yang lembut, santai tapi ber-nash, beliau menjelaskan sebuah pendekatan modern dalam sebuah pembangunan yaitu People-Centered Policy.
Akhirnya saya pun mencoba mendalami dengan mengklik mesin pencarian di google dan dapatlah sebuah definisi, yaitu “People-centered policy adalah suatu pendekatan dalam pembuatan kebijakan yang menempatkan karakteristik, kebutuhan, dan kemanfaatan bagi masyarakat yang berkelanjutan dalam jangka panjang sebagai pusat dari proses perumusan dan implementasi kebijakan.” (https://yassierli.com/people-centered-policy/)
Setelah mendapatkan Paparan Prof.Men Yassierli dan membaca literatur dalam website beliau, saya jadi merefleksi sebagai bagian dari entitas politik modern yang memiliki keunggulan dan militansi kader. Bahkan hari-hari ni menjadi sangat relate dengan kondisiPKS yang sedang berada di fase penting yaitu regenerasi kepengurusan partai. Maka dari itu, saya terinspirasi untuk mencoba menulis tentang peran kader PKS dalam membangun masa depan partai, dengan pendekatan yang saya sebut sebagai kader-centered policy.
PKS : Partai Kader yang Bertumpu pada Manusia
PKS bukan sekadar partai politik an-sich. Ia adalah partai dakwah islam rahmatan lil ‘alamiin. Partai yang dibangun di atas fondasi militansi dan kerja kolektif kader-kadernya. Bukan semata karena kekuatan logistik dan finansial, bukan pula ketokohan pimpinannya.
Kader PKS lahir dari proses pembinaan puluhan tahun, bergerak karena kesadaran, dan berjuang karena panggilan nilai, dan bersama-sama menginginkan PKS menjadi Partai Islam rahmatan lil ‘alamin yang kokoh dan terdepan dalam melayani rakyat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Apakah arah kebijakan PKS selama ini sudah masuk kategori menerapkan kader-centered policy? Saya mencoba menyelami melalui pengalaman dan perasaan saya. Dan jawabannya adalah secara umum, sudah! Akan tetapi masih ada saja terdengar curahan hati (curhat) entah dalam forum unit pembinaan anggota (UPA), antar sesama kader, atau curhat kader via medsos, yang merasa diabaikan dan ditinggalkan. Tentunya perasaan subjektif yang wajar jika ada kondisi seperti itu.
Oleh karenanya dalam fase konsolidasi dan regenerasi struktur saat ini, pendekatan kader-centered harus menjadi strategi organisasi, dan ruh kebijakan (spiritual policy). Mengapa? karena kekuatan PKS sesungguhnya bertumpu pada manusia yang bernama kader, bukan semata pada struktur, tokoh, apalagi mengandalkan logistik.
Pendekatan Kader-Centered Penting bagi PKS
1. Menjaga Vitalitas dan Produktifitas Partai
PKS bukan partai berbasis massa instan. Ia ditopang oleh ratusan ribuan bahkan juta kader yang bergerak dengan semangat. Kader yang dibina dan diberdayakan secara berkelanjutan akan menjadi motor penggerak yang tak pernah padam termasuk selalu berimplikasi pada penambahan suara politik PKS. Dimana ada kader disitu ada capaian suara yang signifikan. Dimana ada kader disitu ada pelayanan. Dimana ada kader disitu ada kebaikan. Insya Alloh.
2. Menjamin Regenerasi Struktur
Partai yang kader-centered tidak akan kehabisan pemimpin. Kader akan siap menjadi iron stock (cadangan keras) untuk mengisi wazhifah tandzimiyah (struktural partai), kandidat pejabat publik (eksekutif / legislative) maupun menjadi tokoh panutan (informal leader). Sebab sejak awal, kader dibina, ditumbuhkan, dikembangkan, dan diberdayakan secara utuh melalui Kurikulum Kaderisasi Partai (KKP) yang terdiri dari : bidang studi keagamaan, kebangsaan, kepemimpinan dan kewirausahaan serta kepartaian, yang dilengkapi juga dengan Program Peningkatan Spiritual (PPS), Program Peningkatan Wawasan (PPW) ataupun program kunjungan tokoh (jaulah).
3. Kader adalah Wajah PKS di Tengah Masyarakat
Kader bukan hanya bagian dari struktur partai. Merekalah wajah PKS yang hadir dalam denyut kehidupan Masyarakat, melayani permasalahan kemasyarakatan dengan telaten dan ikhlas, membina anak-anak dan generasi muda, menghidupkan suasana keberagamaan (tadayyun sya’bi), dan menyebarkan kepedulian, keteladanan dan profesionalitas. Sehingga Jika PKS disebut sebagai partai dakwah, maka kader-lah juru dakwahnya. Jika PKS tampil dalam kontestasi politik, maka kader-lah tim suksesnya. Dan jika kader aksi peduli Palestina, maka kader-lah yang mengisi infaqnya. Masya Alloh,,, semoga Alloh meridhoi-Nya. Ammiin.
4. Kader merupakan Kekayaan Utama
Jika negara punya danantara yang merupakan bisnis model SWF (Sovereign Wealth Fund) sebagai representasi investasi Negara, maka PKS punya Kader. PKS hanya akan tumbuh setinggi sejauh mana ia memuliakan kader-kadernya. Kader bukan beban, melainkan kekayaan yang tak ternilai. Bukan sekadar pelaksana organisasi partai, tapi pewaris nilai dan pemilik visi perjuangan. Maka, dalam setiap agenda konsolidasi maupun ekspansi, kader bukan disiapkan untuk diperintah, tapi diberdayakan untuk memimpin. Dengan pendekatan kader-centered policy, PKS akan terus menjadi 5 (lima) rumah, yaitu : 1. rumah pribadi (keluarga), 2. rumah ibadah (tempat penguatan spiritual), 3. rumah PKS (pusat perjuangan politik), 4. rumah kebangsaan (penguatan persatuan nasional), dan 5. rumah kemanusiaan (pengabdian lintas golongan) seperti yang menjadi Amanat Presiden PKS DR. Almuzammil Yusuf, M.Si.
Teruntuk seluruh kader PKS Uhibbukum fillah
Teruslah tumbuh, teruslah berkontribusi.
Engkau bukan hanya bagian dari Sejarah ummat dan bangsa,
Engkau adalah masa depan itu sendiri.
Allohu Akbar! Merdeka!
Oleh : Agus Sugiarto
(Ketua DPD PKS Kota Tasikmalaya)
Tulisan keren.
Semoga kader-kader PKS istiqomah di jln dakwah.
Semoga dakwah ttp menjadi arus utama PKS.
Subhanalloh walhamdulillah wa laailaaha illalloh Allohu Akbar