Beberapa waktu lalu saya membersamai pertemuan Ketua Majelis Syuro PKS Ust. Moh. Sohibul Iman, Ph.D dengan komunitas professional di Kamandara Mangkubumi Kota Tasikmalaya. Ada 4 (empat) poin penting yang disampaikan beliau terkait pembinaan khusus terhadap anak kader sebagai pelanjut dakwah, poin itulah yang ingin saya highlight dan elaborasi dalam tulisan ini.
Dalam perjalanan dakwah yang lebih dari 40 tahun dan politik yang diusia 23 tahun, kaderisasi bukan hanya tentang menyiapkan anggota baru, tetapi juga menyiapkan generasi penerus pelanjut estafeta dakwah dari rumah kita sendiri, ya anak-anak kader (anak anggota). Mereka adalah generasi yang telah tumbuh dalam lingkungan keluarga dakwah, menyaksikan bahkan mengikuti langsung dinamika perjuangan orang tuanya entah saat kampanye, saat aksi bela Palestina, saat menjadi relawan bencana atau karena selalu dibawa orang tuanya ikut Unit Pembinaan Anggota (UPA).
Namun, kedekatan emosional tersebut tidaklah cukup tanpa ditindaklanjuti dengan anak kader ini terlibat pembinaan yang terstruktur, massif, intensif dan tentunya model kekinian.
Semua kader PKS insya Alloh sepakat kedepan anak-anaknya lah yang akan menjadi pelanjut dan terlibat di aktifitas dakwah politik. Akan tetapi, menyiapkan anak kader masuk ke dunia politik bukan hanya soal semangat, dan harapan kelak agar jadi tokoh pejuang politik Islam semata, tapi juga soal kesiapan lahir dan batin. Soal kesiapan ilmu dan karya. Soal kesiapan visi dan kontribusi. Karena itu, anak-anak kader harus dibekali dengan 4 (empat) hal utama sebelum mereka terjun ke dunia politik praktis :
1. Kematangan Psikologi (Psychological maturity).
Menurut Ilmuwan politik Amerika Harold Lasswell, mengatakan “Politics is who gets what, when, and how.” (Politik adalah siapa mendapat apa, kapan, dan bagaimana.) Berdasarkan definisi diatas, tentu menggambarkan bawah dunia politik adalah dunia penuh tekanan, adu argumentasi, perang urat syaraf dan seringkali fitnah ada didalamnya untuk meraih tujuan politik dan kekuasaan. Anak kader harus dibina untuk memiliki daya tahan mental, kestabilan emosi, serta kepercayaan diri yang kokoh. Mereka perlu belajar bagaimana menghadapi perbedaan, tekanan publik, dan konflik tanpa kehilangan arah dan nilai dakwah. Sebagaimana firman Alloh SWT : “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya.” (QS. Al-Fajr: 27–28)
2. Kecakapan Profesional (Professional Competence)
Tak cukup sekadar memiliki semangat juang, apalagi hanya karena anak kader lantas diberikan karpet merah tentu tidak, mereka juga harus memiliki kemampuan teknis dan intelektual yang memadai seperti : kepemimpinan, komunikasi politik, manajemen publik, negosiasi, literasi hukum, literasi digital dan penguasaan tentang kebijakan publik. Walaupun itu semua bisa sambil berlatih dengan diberikan amanah struktur (learning by doing). Kader unggul bukan hanya loyal, tetapi juga layak dan siap tampil. Oleh karenanya Pembinaan Anak Kader harus didorong mengikuti tahapan : Pembinaan yang totalitas dan mendalam dimulai dari dakwah pelajar/kampus (thulabiyah), pembinaan dan aktifitas dakwah profesi (fanniyah) serta pembinaan dan aktifitas politik (siyasiyah). Itulah mengapa Alloh SWT dalam firmannya memilih yang kompeten, kuat dan dapat dipercaya. “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya (al qowwiy al amiin) QS Al Qoshhash ayat 26
3. Kemandirian Finansial (financial independence)
Kemandirian finansial adalah salah satu pilar penting dalam menjaga integritas. Saya pernah dengar seorang kader PKS mengatakan “anak saya jangan dicalegkan sampai dia menjadi pengusaha besar dulu”. Tentu itu kondisi dan harapan ideal. Akan tetapi hal paling penting adalah anak kader harus diarahkan untuk memiliki soft skill seperti : etos kerja, kreativitas usaha, professional mengelola bisnis dan kemampuan mengelola keuangan dengan baik. Dengan begitu anak kader jika belum “kaya” secara materi, tapi punya modal untuk menjadi “kaya”. Sehingga mereka bisa menjaga kehormatan diri, keluarga dan partai, serta menghindari ketergantungan dan memanfaatkan jabatan/kedudukan yang membahayakan idealisme dan perjuangan disaat kelak jadi pejabat publik.
4. Kematangan Ideologis dan Dakwah (Spiritual-Ideological Maturity)
Sebagai generasi pilihan/elit (nukhbah), anak kader sebelum turun ke gelanggang politik praktis tidak cukup hanya berbekal tiket dari label “anak kader”. mereka harus memiliki kematangan ideologis dan dakwah, yaitu keteguhan pada prinsip Islam, pemahaman yang mendalam terhadap manhaj perjuangan, serta kesiapan menjadi wajah dakwah di ruang publik. Karena mereka bukan sekadar aktivis politik, tapi anak-anak dakwah (abna’ dakwah) yang siap menunaikan amanah ilahiyah di ranah publik, ranah pemerintahan baik eksekutif, legislative maupun yudikatif. Para orang tua kader harus memiliki semangat dan motivasi bahwa kelak anak-anak kita adalah keturunan terbaik yang dirindukan ummat yang siap tampil dalam peran strategis apapun. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Penutup
Menyiapkan anak kader adalah investasi jangka panjang dakwah politik PKS. Mereka adalah harapan masa depan yang harus dirawat, dibina, difasilitasi dan diarahkan sejak dini. Jangan biarkan mereka tumbuh tanpa arah, atau justru tercerabut dari akar perjuangan sehingga naudzubillah jadi musuh dakwah.
Sudah saatnya difase konsolidasi dan kaderisasi ini kita tidak hanya bicara tentang kaderisasi umum (mantan saksi dan timses), tapi juga serius membangun kaderisasi berbasis keluarga dengan focus anak kader. Karena dari keluarga dakwah kader PKS yang kokoh, akan lahir para mujahid tangguh yang siap memimpin zaman. Kata kuncinya Adalah orang tua kader mendukung dan memfasilitasi mereka untuk menikmati lezatnya tarbiyah dan tazkiyyah seperti kita dahulu. Wallohu’alam bishowab.
Merdeka! Allohu Akbar!
Agus Sugiarto
(Ketua DPD PKS Kota Tasikmalaya)